Sedangkan di pinggir lahan dipasang lampu berspektrum warna ungu untuk menarik hama mendekati cairan penjebak.
Suyatno berujar bahwa alat pengendali hama dengan LED ini lebih praktis karena dilengkapi dengan alat kontrol yang bekerja secara otomatis.
Baca Juga:
Sinergi Kemensos dan ITS Tingkatkan Mutu Garam Spa Kusamba
Ketika matahari terbenam alat kontrol akan otomatis menyala dan mengontrol intensitas cahaya dari lampu LED.
“Selain itu, alat pengontrol juga mengatur listrik dan tegangan yang masuk ke lampu, membatasi arus yang masuk dari panel surya, dan mengatur arus yang masuk ke baterai sebagai penyimpan energi,” papar Dosen Departemen Fisika ITS ini.
Selain praktis, alat ciptaan Tim KKN Abmas ini juga aman dan terjangkau bagi petani. Dengan total tegangan 12 volt dan arus setengah ampere, alat pengendali hama ini memiliki risiko sengatan listrik yang sangat rendah.
Baca Juga:
Profil Qonita Qurratu Aini, Wisudawan Termuda ITS Berusia 20 Tahun yang Gemar Matematika
Bahkan ketika musim hujan alat pengendali hama ini tetap dapat bekerja optimal karena kotak penyimpan pengontrolnya tahan air. Secara harga pun alat ini unggul karena lebih murah dari pestisida dan lampu pijar dari listrik PLN.
“Pestisida umumnya dijual seharga Rp300.000 per botol ukuran kecil. Alat ini juga menekan biaya listrik karena murni menggunakan energi cahaya matahari,” tegasnya.
Lebih lanjut, alumni ITS ini memaparkan meskipun relatif lebih murah, alat ini terbukti mampu mengendalikan hama sehingga tanaman pertanian dapat tumbuh dengan baik.