Kopeklin.WahanaNews.co | Maraknya kampanye perubahan iklim yang dilakukan oleh Greenpeace dan sejumlah tokoh di industri kripto direspon baik oleh perusahaan penambangan cryptocurrency.
Sejumlah perusahaan penambangan kripto mulai meninggalkan energi fosil dan beralih ke energi terbarukan.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Pasalnya penggunaan energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga air dinilai mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 97,9 persen.
Hal ini mendorong kemunculan rig penambangan yang ramah lingkungan dan berbagai inisiatif hijau lain yang mampu menjadikan Bitcoin mendekati status ramah lingkungan hingga 100 persen.
Melansir BeInCrypto, perusahaan pertambangan sendiri meluncurkan inisiatif seperti itu secara teratur.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Misalnya, Bitmain bergabung dengan Merkle Standard yang berbasis di AS untuk penambangan Bitcoin berkelanjutan pada bulan Februari.
Merkle Standard diluncurkan untuk mengatasi jejak karbon negatif Amerika Utara dalam hal penambangan cryptocurrency.
Sementara Merkle Standard menggunakan pembangkit listrik tenaga air di Washington Timur, Bitmain telah ditugaskan untuk mengembangkan infrastruktur penambangan bersih senilai 500 megawatt dengan 150 ribu rig penambangannya.
Selain itu, negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai mata uang resmi, El Salvador, telah menggunakan energi vulkanik untuk mendukung penambangan berbasis energi terbarukan dan ramah lingkungan.
El Salvador melihat potensi besar energi panas gunung berapi yang dapat digunakan untuk menambang aset digital.
Itu juga diklaim tidak akan mempengaruhi cadangan listrik negara.
Menggunakan energi panas bumi untuk penambangan merupakan langkah pertama El Salvador untuk mewujudkan proyek ambisiusnya, Bitoin City.
Kota Bitcoin tersebut diarsiteki oleh Samson Mow, mantan Chief Strategy Officer Blockstream yang berbasis di Kanada. [Tio]