Kopeklin.WahanaNews.co | PLN siap memenuhi kebutuhan listrik industri PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Unit Sei Kunyit Muara Labuh, Provinsi Sumatera Barat sebesar 690 kilovolt ampere (kVA).
Pasokan ini mengalami kenaikan tambahan daya dari sebelumnya sebesar 240 kVA.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Untuk merealisasikan penambahan daya tersebut, PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Barat (UIW Sumbar) sebelumnya melakukan survei awal dan bertemu dengan manajemen PTPN VI Unit Sei Kunyit Muara di kawasan kerjanya, beberapa waktu lalu.
General Manager PLN UIW Sumbar Toni Wahyu Wibowo menyatakan, lewat tambahan daya ini, PLN mendukung PTPN VI Unit Sei Kunyit Muara Labuh untuk meningkatkan produksi dan mendongkrak kualitas ekspor dengan memastikan pasokan listrik yang andal.
Hal ini sebagai komitmen perseroan dalan mendorong pertumbuhan ekonomi lewat layanan kelistrikan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
’‘Tambahan kebutuhan daya ini adalah sinyal bahwa industri di Sumbar atau mungkin juga secara nasional mulai menguat. Maka PLN harus mendukung sinyal baik ini dengan tanggap,’’ kata Toni.
Toni berharap, ke depannya semakin banyak pelaku bisnis maupun industri yang mengikuti jejak PTPN VI menghentikan operasional pembangkit mandiri dan memanfaatkan listrik PLN sepenuhnya dalam menunjang kegiatan operasional atau dedieselisasi.
Toni pun mengajak pelaku usaha yang masih menggunakan pembangkit mandiri di samping menggunakan listrik PLN, untuk segera beralih sepenuhnya menggunakan listrik PLN dan melakukan penambahan daya.
Menurutnya, selain pasokan listrik lebih berkualitas, penggunaan listrik PLN secara total juga lebih efisien dan membantu menurunkan produksi emisi karbon sehingga membuat lokasi usaha lebih nyaman, bersih, dan ramah lingkungan karena tidak ada pembuangan hasil bahan bakar solar.
‘’Dedieselisasi pada dasarnya menguntungkan pelaku usaha karena efisiensinya. Apalagi untuk pembangkit yang menggunakan solar, seperti yang kita tahu, harga solar industri saat ini cenderung tinggi,” terangnya
Direktur PTPN VI Arianja mengungkapkan, dengan penambahan daya ke 690 kVA, PTPN VI akan menggunakan listrik PLN 100 persen untuk operasional pabrik pengolahan sawit dan penerangan di seluruh kawasan PTPN VI.
‘’Listrik PLN terbukti andal dan dapat menekan biaya produksi. Semoga di daya 690 kVA nanti PLN tetap konsisten memberikan pasokan listrik yang andal,’’ lanjutnya.
PTPN VI Unit Sei Kunyit Muara Labuh sebelumnya masih menggunakan listrik PLN serta tambahan pembangkit mandiri dengan bahan bakar cangkang sawit sisa produksi pabrik berkapasitas 680 kVA , yang beroperasi saat penggunaan pabrik sedang tinggi.
Dengan pembangkit tersebut, perusahaan membutuhkan biaya maintenance per tahun sekitar Rp 1,9 miliar, ditambah tagihan PLN sekitar Rp 120 juta per bulan atau Rp 1,44 miliar per tahun. Masih ditambah biaya operasional lainnya yang tidak terduga.
Seiring dengan meningkatnya kegiatan produksi pabrik, serta untuk memudahkan ekspor, PTPN VI memutuskan untuk beralih menggunakan kualitas listrik yang lebih andal, stabil, ramah lingkungan, dan efisien dari PLN secara total. Setelah dikalkulasikan, jika beralih ke PLN efisiensi mencapai 10 hingga 25 persen.
‘’Karena tagihan listrik kemungkinan hanya Rp 250 juta per bulan atau Rp 3 miliar per tahun. Sedangkan dengan memakai PLN dan sebagian memakai pembangkit sendiri, kami harus menyiapkan biaya operasional maksimal Rp 4 miliar setiap tahunnya,’’ jelasnya.
Maka dengan dedieselisasi ke PLN, PTPN VI dapat pensiunkan pembangkit mandirinya atau menjadikan sebagai back-up system saja.
‘’Dengan beralih total menggunakan listrik dari PLN, biaya maintenance bisa dialihkan untuk perbaikan kualitas produksi,’’ tutup Arianja. [Tio]