Kopeklin.id | PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang merupakan holding BUMN pertambangan berencana bertransformasi ke bisnis energi pada 2026.
Ditargetkan pendapatan sektor energi 50% dan bisnis batu bara 50%.
Baca Juga:
Jamin Pasokan, Suplai Batu Bara PTBA ke PLN Tembus 7,3 Juta Ton
"Destinasi pertama PTBA adalah menjadi perusahaan berbasis bisnis energi pada tahun 2026 dengan target pendapatan dari sektor energi sebesar 50% dan bisnis batu bara 50%," kata Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto, dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/12/2021).
Ia menjelaskan transformasi ini dilakukan untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
"Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional," ungkapnya.
Baca Juga:
Berkat Elektrifikasi dan Digitalisasi Bukit Asam Hemat Rp 58,4 Miliar Per Tahun
Oleh karena itu, ada sejumlah strategi yang akan ditargetkan dalam transformasi bisnis tersebut. Pertama peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan, yakni menggarap pembangkit energi listrik tenaga surya (PLTS).
"Kedua, proyek hilirisasi batu bara dan chemical industry development dengan menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Tanjung Enim, Sumatera Selatan sebagai area untuk pengembangan bisnis," lanjutnya.
Ketiga pengurangan karbon dalam operasional pertambangan PTBA atau disebut Carbon Management Program. Perusahaan pun mengklaim mampu melakukan transformasi bisnis tersebut. Hal itu dibuktikan dengan kinerja keuangan perusahaan pada 2021 ini.
PTBA tercatat berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 7,0 triliun sampai dengan November 2021. Pencapaian laba bersih tersebut didukung dengan pendapatan usaha sebesar Rp 26,2 triliun.
"Transformasi mendanainya seperti apa, saya sampai dengan November keuntungan sampai Rp 7 triliun. Ini adalah keuntungan tertinggi yang pernah dicapai seumur hidup Bukit Asam. Kita juga membaca bahwa EBITDA sudah tembus di atas Rp 10 triliun. Dengan EBITDA Rp 10 triliun maka mampu men-generate dan leverage pendanaan kurang lebih Rp 50 hingga Rp 60 triliun," jelasnya Suryo.
Pihaknya percaya dengan catatan tersebut, maka perusahaan dinilai mampu dalam mendanai rencana bisnis ke depan.
"Jadi, bagi Bukit Asam tidak ada kekhawatiran sama sekali kaitannya dengan pendanaan maupun outlook bisnis," tutupnya. [Tio]