Kopeklin.id | Ambisi berbagai negara untuk mengembangkan kendaraan listrik membuat sektor ini tumbuh dengan laju tinggi.
Namun, hal itu juga akan disusul dengan kenaikan harga bahan baku terutama dalam memproduksi baterai.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Buka Suara, Soal Tudingan AS Ada Kerja Paksa di Industri Nikel RI
Dikutip dari Teslarati, Selasa (8/2/2022), harga baterai lithium-ion turun hampir 90 persen menjadi sekitar US$130 per kWh.
Angka itu sudah mendekati target sebesar US$100 per kWH hingga 2024 yang menjadikan titik di mana EV atau kendaraan listrik bisa dijual dengan nilai yang kompetitif.
Namun, kenyataannya justru berkebalikan.
Baca Juga:
Balai Kemenperin di Makassar Dukung Pemerataan Ekonomi Wilayah Timur
Penyedia informasi baterai lithium ion dari Inggris, Benchmark Mineral Intelligence mencatat bahwa harga kobalt dengan tingkat baterai naik hingga 119 persen sejak 1 Januari 2020 hingga pertengahan Januari 2022.
Adapun harga nikel sulfat naik 55 persen dan lithuium karbonat meroket 569 persen.
Chief Data Officer Benchmark Mineral Intelligence Caspar Rawles menyatakan kepada The Wall Street Journal bahwa produsen sel baterai yang biasanya menawarkan kontrak harga tetap untuk jangka panjang telah beralih ke model harga variabel.
Dengan demikian, mereka dapat membebankan sebagian kenaikan harga kepada konsumen.
Kondisi tersebut semakin terbebani dengan ketatnya ketersediaan bahan baku untuk beberapa waktu ke depan.
China yang mendominasi rantai pasok baterai sedang agresif meningkatkan produksi kendaraan listriknya.
Namun, untuk memenuhi kebutuhannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
China mengatakan perlu waktu setidaknya 7–10 tahun untuk membangun tambang baru yang dibutuhkan untuk komponen baterai EV.
Benchmark Mineral Intelligence juga mencatat bahwa biaya yang lebih rendah akan membantu meningkatkan penjualan EV hingga 112 persen pada 2021 menjadi lebih dari 6,3 juta unit secara global dari tahun sebelumnya.
Inovasi Kendati demikian, hal itu tidak akan menyurutkan pertumbuhan kendaraan listrik. Saat ini, industri daur ulang baterai meraih momentumnya.
Perusahaan seperti Redwood Materials yang dipimpin oleh Co-Founder Tesla dan eks CTO JB Straubel sudah bersiap menjual komponen baterai daur ulang kepada Panasonic untuk produksi sel baterai di pabrik terbesar di Nevada pada tahun ini. Sistem kemitraan itu juga akan membantu kerja sama dari hulu ke hilir atau sistem closed-loop karena Redwood juga akan menerima sisa baterai Panasonic dari fasilitas Tesla di Nevada.
Belum lama ini Bloomberg melaporkan bahwa Panasonic Corp., merenovasi fasilitas produksinya di Jepang untuk memulai menguji produksi massal baterai lihium-ion tipe baru yang akan digunakan oleh Tesla Inc., untuk membuat kendaraan listrik yang lebih terjangkau.
Baterai seri 4680 yang dinamai berdasarkan dimensi diameter 46 milimeter dan tinggi 80 milimeter ini dapat menampung lebih dari lima kali kapasitas sel seri 1865 dan 2170 yang lebih kecil yang saat ini dipasok Panasonic ke Tesla.
Hal ini berarti lebih sedikit sel dan bagian terkait yang dibutuhkan untuk setiap baterai EV, sehingga berpotensi menurunkan biaya produksi. CEO Tesla Inc., Elon Musk mengatakan ini adalah terobosan besar dalam teknologi sel yang memungkinkan perusahaannya memproduksi EV dengan harga jual US$25.000.
Di samping itu, Tesla Giga Shanghai menjadi yang terdepan dalam mengembangkan baterai lithium iron phosphate (LFP) untuk Model 3 dan Model Y. Alih-alih menggunakan nikel dan kobalt, baterai LFP menggunakan besi pada katodanya.
Perlu diketahui, selain pasokan terbatas, terdapat masalah etika yang telah lama membayangi tambang kobalt di Republik Demokratik Kongo. Selain itu, nikel sebaga penyedia daya dan jangkauan juga rentan terhadap kebakaran.
Sementara itu, Tesla telah menggunakan baterai LFP di China yang disuplai dari produsen baterai terbesar, Contemporary Amperex Technology Co. (CATL).
Kendati lebih murah dan stabil, kekurangan LFP adalah tidak memiliki kepadatan energi yang cepat berubah.
Padahal, itu menjadi faktor kunci bagi mobil listrik. Selain itu, dari sisi hilir, inovasi berupa pertukaran baterai atau battery swapping yang dimulai oleh CATL.
Setiap mobil membutuhkan sekitar 10 menit untuk mengganti baterai dengan proses otomatis. Pelanggan dapat membayar biaya secara bulanan atau sesuai dengan pemakaian.
Meskipun biayanya lebih mahal dari layanan pengisian cepat, battery swapping bisa menjadi alternatif pengisian daya yang lebih murah daripada memasukkan tangki bensin penuh ke dalam mobil berbahan bakar bensin.
Memisahkan paket daya dari mobil dapat menurunkan harga pembelian di muka, mengurangi salah satu hambatan masuk utama bagi pengemudi yang mempertimbangkan untuk beralih ke mobil listrik.
Pemula Nio Inc. telah menawarkan opsi layanan baterai ini selama beberapa tahun. [Tio]