Kopeklin.id | PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus memenuhi permintaan pasokan listrik dari pelanggan tegangan tinggi untuk mendukung pelaksanaan hilirisasi mineral.
Kali ini, PLN memasok listrik sebesar 385 Mega Volt Ampere (MVA) ke PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) dan Kawasan Industri Sebuku Indonesia Industrial Park (KI SIIP).
Baca Juga:
PLN Siap Dorong Pemanfaatan Sains dan Teknologi untuk Akselerasi EBT
Komitmen penyediaan pasokan listrik tersebut ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) sebesar 75 MVA untuk pengoperasian smelter milik SILO dan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) penyediaan listrik ke Kawasan Industri Sebuku Indonesia Industrial Park sebesar 310 MVA.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril, mengatakan listrik telah menjadi kebutuhan dasar, termasuk untuk mendukung kegiatan bisnis dan industri.
PLN pun berkomitmen memenuhi kebutuhan listrik dari pelanggan kecil sampai besar seperti industri, dengan menyediakan pasokan listrik yang handal (reliability), berkualitas (quality) dan harga yang kompetitif (price).
Baca Juga:
PLN Apresiasi Pelanggan Sektor Industri, Sukses Dorong Ekonomi Hijau Nasional
“Kami berharap kerja sama ini bisa mendukung pengoperasian smelter dan kawasan industri yang dikelola SILO Group sehingga bisa mendorong perekonomian dan berkontribusi dalam mencetak lapangan kerja di daerah,” kata Bob Saril saat menghadiri penandatanganan PJBTL SILO dan MOU Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kawasan Industri SIIP, Rabu (24/11/2021).
Menurutnya, PLN telah menyediakan pasokan listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, seiring dengan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk memperkuat kehandalan pasokan listrik.
Di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah, PLN memiliki cadangan daya mencapai 664 MW, sehingga permintaan pasokan listrik untuk smelter SILO dan Kawasan Industri SIIP dapat terpenuhi.
“Sistem kelistrikan Barito yang ada di Kalselteng saat ini sudah terinterkoneksi dengan sistem kelistrikan Mahakam di Kaltim sehingga makin andal dengan cadangan daya sebesar 664 MW, sehingga kami sangat siap untuk mendukung perkembangan dunia usaha termasuk industri,” ungkap Bob Saril.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, penyediaan energi listrik sebesar 75 MVA untuk kebutuhan SILO yang bergerak di bidang industri biji besi ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu dari 30 MVA pada April 2022, meningkat menjadi 45 MVA pada Juni 2022 dan terakhir bertambah menjadi 75 MVA pada Februari 2023 mendatang.
Sementara penyediaan tenaga listrik guna pengembangan kawasan Kawasan Industri SIIP yang dikelola oleh SILO GROUP juga merupakan langkah awal untuk mendukung peningkatan produksi pengolahan mineral dalam negeri di masa yang akan datang.
Jadwal awal penyediaan tenaga listrik pada Juli 2025 sebesar 50 MVA dan puncaknya pada Desember 2027 ketersediaan energi listrik untuk Kawasan Industri itu menjadi 21 MVA.
Sementara itu, Direktur Utama SILO, Effendy Tios, menyampaikan apresiasi yang luar biasa terhadap Langkah berani PLN untuk mendukung penuh pengembangan industri dalam negeri melalui hilirisasi mineral. Pasokan listrik ke smelter SILO sangat mendukung terealisasinya industri smelter dan leaching di Pulau Sebuku.
Menurut Effendy, banyak keuntungan yang didapatkan oleh perusahaannya ketika sudah dapat menggunakan suplai listrik dari PLN. Di antaranya dalam jangka panjang, akan menekan biaya operasional yang signifikan.
Sebelum mendapat pasokan listrik PLN, SILO menggunakan genset untuk melistriki fasilitas produksi baja, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan genset jauh lebih mahal ketimbang membeli listrik dari PLN.
“Kita pakai genset 15 MW pakai bahan bakarnya solar biayanya kan 1 banding 3, kalau harga listrik dari PLN sekitar Rp 1.200 kita Rp 3.600, apalagi solar harganya sekarang lebih tinggi bisa Rp 4 ribu. Kalau kita pakai solar bukan cari untung tapi cari rugi,” paparnya. [Tio]