Kopeklin.id | Produsen mobil listrik indonesia perlu belajar dari China, ini Alasannya. Logo Classic Red khas yang didesain dengan sentuhan warna merah dan tampilan yang modern dari produsen kendaraan roda empat asal China ini sudah akrab di mata masyarakat Indonesia.
Di pelosok Tanah Air, seperti di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mobil khas Negeri Tirai Bambu ini berseliweran tanpa ‘malu-malu’ lagi.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Maklum, satu dekade sebelumnya produk ‘made in China’ selalu dipandang sinis. Apalagi kalau bukan terkait kualitas yang kurang mumpuni.
Ternyata, kritikan kritis terhadap kualitas produk China, termasuk otomotif yang sebelumnya gagal di kendaraan roda dua alias sepeda motor, melecut produsen di sana untuk menghasilkan produk bagus dengan harga terjangkau.
Terkait otomotif, mobil listrik tengah menjadi tren di seluruh dunia dan diprediksi bakal terus meningkat penjualannya.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Sejumlah negara mulai mengadopsi electric vehicle (EV) dan beralih dari mobil internal combustion engine (ICE).
Kendati demikian, peralihan dari kendaraan ICE ke EV tidak semudah membalikkan tangan. Ada sejumlah strategi yang harus disiapkan agar perpindahan sukses berjalan.
Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, Indonesia mungkin perlu mencontoh China dan juga Eropa yang memiliki strategi berbeda dalam memperluas pasar mobil listrik.
“Kalau di Eropa, mereka benar-benar menyerahkan ini kepada swasta, kepada orang-orang yang peduli lingkungan, sehingga (pasar) terbentuk sendiri dengan begitu cepat,” terang Toto, dilansir dari webinar yang disiarkan Youtube ILUNI UI, Minggu (21/11/2021).
Dia menambahkan, kalau di China itu benar-benar secara sentralistik. Jadi dari Pemerintah China membuat suatu roadmap yang cukup signifikan, melibatkan BUMN di tahap awal, dan kemudian membuat kebijakan-kebijakan bahkan proteksi untuk bisa mendapatkan EV adoption yang cukup signifikan.
Menurut Toto, cara yang dilakukan China dan Eropa begitu berbeda. Akan tetapi, hal itu bisa dicari jalan tengahnya yang cocok untuk pasar Indonesia.
“Hal itu tidak gampang, seperti Pemerintah China sudah melakukan hal ini hampir 15 tahun. Inilah mungkin hal-hal yang harus kita formulasikan untuk Indonesia. Selain personal experience, tetapi secara masif itu seperti apa,” bebernya.
Selain itu, dalam peralihan ke mobil listrik, perlu adanya cara berpikir dari konsumen. Pasalnya, peralihan dari ICE ke EV merupakan sesuatu yang penting dan berdampak positif bagi kehidupan kesinambungan produk otomotif ke depannya.
“Mindset konsumen bisa terbentuk dengan merasakan langsung, dan menggunakan langsung, akan terbentuk mindset, EV itu memberikan kemudahan-kemudahan keekonomian dan manfaat besar lainnya,” imbuh Toto. [Tio]