Kopeklin.WahanaNews.co | Keputusan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk melarang ekspor listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT) mendapat tanggapan dari Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan.
Mamit mengatakan bahwa terkait rencana impor listrik yang berasal dari EBT ke Singapore melihatnya dari dua kepentingan yang berbeda.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Pertama, bahwa Indonesia mempunyai target bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025, mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030 sesuai dengan komitemen Nationally Determined Contribution(NDC) dan Net Zero Emission (NZE) pada 2060 yang akan datang.
Dengan demikian pengembangan EBT adalah suatu keniscayaan dengan berbagai macam target dan komitmen yang ditetapkan.
Kedua, kondisi saat ini listrik Jawa-Sumatera masih over supply karena konsumsi listrik yang masih kurang pasca pandemik Covid-19.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Belum lagi akan beroperasinya PLTU Batang,PLTU Tanjung Jati B, PLTGU Jawa 1 yang menambah beban listrik PLN.
Apalagi skema yang digunakan adalah take or pay (TOP) yang semakin menekan keuangan PLN di tengah tingkat konsumsi listrik yang belum normal.
“Melihat dua kondisi tersebut, saya kira kita mesti berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait ekspor listrik dari EBT ke Singapore ini. Saya melihatnya bahwa di tengah target bauran energi dan NDC tersebut alangkah lebih baiknya jika listrik tersebut tetap di gunakan untuk kepentingan dalam negeri. Dengan demikian, kita bisa berkomitmen dan tetap on stream dalam menuju penggunaan energi yang bersih sesuai dengan road map yang ada.”
“PLN bisa menjual sertifikat Renewable Energy Certificate (REC) karena telah berhasil menggunakan energi bersih. Apalagi saat karbon tax dan karbon trading di berlakukan. Sementara itu, di tengah kondisi oversupply seperti saat ini pemerintah harus membantu PLN dalam meningkatkan penjualan listrik dengan menciptakan kawasan industri baru dan kawasan bisnis baru,” tambah Mamit. [Tio]