Kopeklin.id | Aliran listrik di Pulau Papagarang, NTT dan Distrik Windesi, Papua Barat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kini warga di dua daerah tersebut dapat meningkatkan produktivitas dari pagi hingga malam.
Kepala Desa Papagarang Basyir mengatakan, sebelum listrik masuk, aktivitas masyarakat setempat sangat terbatas. Keterbatasan ini membuat masyarakat cenderung beraktivitas di dalam rumah dengan penerangan seadanya.
Baca Juga:
Maraknya Penyalahgunaan Arus untuk 'Strum' Manusia, ALPERKLINAS Desak PLN Perketat Pengawasan
“Keadaan desa waktu itu sangat gelap. Semua jalan umum gelap sekali. Hampir semua masyarakat aktivitasnya di rumah saja,” ujar Basyir.
Manfaat energi listrik baru dirasakan oleh masyarakat setempat ketika salah satu pengusaha lokal menyediakan mesin diesel untuk pembangkit listrik pada 2005 lalu.
Meski begitu, berbeda dengan di perkotaan, waktu penggunaan listrik pun tidak bisa 24 jam nonstop. Masyarakat Pulau Papagarang hanya bisa menikmati listrik selama 6 jam saja, mulai dari pukul 6 sore sampai 12 malam dengan biaya iuran perbulan Rp 10 ribu per rumah.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Soroti Ancaman 'Power Wheeling' dalam RUU EBET Prolegnas 2025
Seiring berjalannya waktu, pengusaha lokal yang memiliki mesin diesel ini memutuskan menghentikan bisnisnya.
“Sampai 2016 pertengahan, Zaidin (pengusaha lokal) tidak mengoperasikan mesin dieselnya karena ada beberapa kendala dan mesin sudah mulai rusak,” kata Basyir.
Mengatasi masalah tersebut tentu bukan perkara gampang. Pasalnya, sang pemilik mesti Labuan Bajo untuk memperbaiki mesin dieselnya.