Program ini juga bertujuan untuk melistriki daerah 3T dengan penggunaan energi baru terbarukan dari tenaga surya.
Diluncurkannya SuperSUN bermula dari kondisi Kampung Yarweser, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, yang gelap gulita dan tertinggal karena tidak ada penerangan di malam hari.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sebagian rumah memiliki genset pribadi dan mengeluarkan biaya Rp 50 ribu sampai dengan Rp 100 ribu untuk penerangan selama 6-12 jam saja.
"Karyawan milenial PLN UP3 Sorong, UIW Papua dan Papua Barat melakukan riset dan percobaan sehingga menghasilkan suatu inovasi, yaitu melistriki kampung-kampung yang jauh dari pusat pembangkit atau di daerah 3T," tutur Zainal.
SuperSUN bekerja seperti genset yang menggunakan bahan bakar energi surya. Sehingga, tidak ada emisi dari gas hasil pembakaran yang dikeluarkan SuperSun.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Alat ini dapat dioperasikan secara hybrid dari energi terbarukan dan menyala 24 jam tanpa blackout.
SuperSUN dilengkapi dengan storage baterai lithium, sehingga digunakan untuk mengisi daya motor listrik dan memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga seperti kompor induksi atau alat elektronik lain.
Zainal menceritakan implementasi SuperSUN cukup sederhana dan sudah tersambung dengan gawai pelanggan sehingga dipantau secara online dan real time mulai dari jaringan 2G (EDGE).