Sebanyak 28 perusahaan lokal dan global menandatangani kontrak jual beli REC PLN. Perusahaan tersebut di antaranya adalah Nike Trading Company B.V (Nike), PT Fast Retailing Indonesia (Uniqlo), PT Clariant Indonesia, PT South Pacific Viscose, PT Reckitt Benckiser, Kawasan GIIC-Deltamas.
Menurut Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril, kerja sama ini merupakan salah satu bentuk usaha bersama untuk membangun suatu dunia yang lebih bersih.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
PLN menyediakan REC, yang membuktikan bahwa energi yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT yang diaudit oleh sistem tracking internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, USA.
Melalui REC, jelas Bob, PLN menghadirkan opsi pengadaan bagi pelanggan untuk pemenuhan target penggunaan energi terbarukan yang transparan, akuntabel dan diakui secara internasional.
Melihat respons positif dari industri, PLN pun berkomitmen akan terus bertransformasi untuk dapat menghasilkan lebih banyak produk energi ramah lingkungan dan mengembangkan layanan-layanan inovatif seperti green tariff.
Baca Juga:
Tarif Listrik Triwulan IV Tidak Naik, PLN Jaga Pelayanan Listrik Tetap Andal
“PLN berkomitmen, untuk menggunakan hasil penjualan REC untuk mengembangkan kapasitas pembangkit EBT di Indonesia menuju target nasional energi terbarukan pada tahun 2025,” tegasnya.
Pada tahap awal, PLN telah mendaftarkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang yang berlokasi di Jawa Barat dengan kapasitas 140 MW (MegaWatt) dan dapat menghasilkan listrik sebesar 993.000 MWh (MegaWatt hour) per tahun atau setara dengan 993.000 unit REC.
Dalam waktu dekat, PLN juga akan menambah opsi sumber pembangkit EBT lainnya, yaitu PLTP Lahendong 80 MW dan PLTA Bakaru 130 MW yang berlokasi di Sulawesi.