Kopeklin.id | Kerjasama investasi antara Indonesia dengan Inggris bakal mencakup ruang lingkup prioritas.
Kerjasama Indonesia-Inggris itu di antaranya, industri hilirisasi tambang nikel dan mineral lainnya yang menghasilkan nilai tambah.
Baca Juga:
KWI Tolak Privilese Kelola Tambang dari Jokowi, Begini Tanggapan Menteri Bahlil
Selain itu, kedua negara berencana menjalin kerja sama investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT) dan industri kesehatan.
“Perjanjian kerja sama akan kita teken saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali 2022 berlangsung November mendatang,” kata Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam keterangannya, Kamis (26/5/2022).
Sebelumnya, Bahlil telah bertemu dengan Menteri Investasi Inggris Lord Grimstone. Pertemuan keduanya berlangsung pada Rabu, 25 Mei 2022, di Davos, Swiss.
Baca Juga:
Menteri Bahlil Bakal Terbitkan Izin Usaha Tambang Batu Bara untuk PBNU
Pada pertemuan tersebut, Bahlil didampingi oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Arsjad Rasjid dan Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Anindya Bakrie.
Pertemuan bilateral itu merupakan tindak lanjut dari perjumpaan sebelumnya pada Maret lalu.
Saat itu, Bahlil bersambang ke London, Inggris. Bahlil meyakini kerja sama dua negara ini akan berdampak postif pada peningkatan investasi dan mendorong nilai tambah yang saling menguntungkan.
Menteri Investasi Inggris Lord Grimstone berharap kerja sama ini dapat terealisasi dengan baik.
“Saya senang bisa bertemu dengan Pak Menteri hari ini. Kerja sama pemerintah Indonesia dan Inggris ini perlu benar-benar kita kawal dan laksanakan dengan baik,” ucap Grimstone.
Mengutip keterangan pers BKPM pada 27 April 2022 dituliskan bahwa lima besar realisasi investasi PMA berdasarkan sektor usaha adalah: Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (US$ 2,6 miliar); Pertambangan (US$ 1,2 miliar); Listrik, Gas dan Air (US$ 1,0 miliar); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (US$ 0,9 miliar); serta Industri Kimia Dan Farmasi (US$ 0,8 miliar). Apabila seluruh sektor industri digabung, maka terlihat sektor industri memberikan kontribusi terbesar yakni sebesar US$ 5,4 miliar atau 52,9% dari total PMA.
Jika ditinjau berdasarkan lokasi proyek, 5 besar realisasi investasi PMA adalah: Sulawesi Tengah (US$ 1,3 miliar); Jawa Barat (US$ 1,3 miliar); DKI Jakarta (US$ 1,2 miliar); Riau (US$ 1,0 miliar); dan Maluku Utara (US$ 0,7 miliar).
Realisasi investasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) adalah: Singapura (US$ 3,6 miliar, 34,8%); Hongkong, RRT (US$ 1,5 miliar, 15,0%); R.R. Tiongkok (US$ 1,4 miliar, 13,2%); Jepang (US$ 0,8 miliar, 8,0%); dan Amerika Serikat (US$ 0,6 miliar, 6,1%). [Tio]