Kopeklin.WahanaNews.co | PLN membutuhkan dana USD500 miliar atau setara Rp 7.511 triliun untuk bisa menjalankan proyek transisi energi.
BUMN di sektor ketenagalistrikan itu membutuhkan dukungan melalui pembiayaan berbunga rendah, kerangka kebijakan, dan kolaborasi.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyadari transisi energi akan berdampak langsung penurunan emisi global.
Namun demikian investasi yang dibutuhkan juga cukup besar. "Sehingga upaya kami dalam menurunkan emisi perlu dukungan," ungkap Darmawan, Kamis (14/7/2022).
Menurut dia PLN telah menunjukkan komitmen dalam mencapai target Carbon Neutral 2060 dengan berbagai program.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Saat ini, PLN telah menjalankan transisi energi dengan membangun pembangkit energi baru terbarukan.
Secara bertahap PLN juga mempensiunkan dini pembangkit berbasis batu bara. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, PLN bakal membangun pembangkit EBT sebesar sekitar 51,6 persen dari target penambahan pembangkit baru.
"Kami sadar ini semua belum cukup. PLN juga mengakui tidak bisa melakukan semua ini sendiri. Karena itu, jalan keluarnya adalah dengan kolaborasi bersama," kata Darmawan.