“Dari sisi operasional pembangkit, yang dibutuhkan untuk media pendingin generator hanya gas hidrogen. Sementara oksigennya selama ini tidak dimanfaatkan dan dibuang ke udara,” ujar Ahsin.
Oksigen yang dibuang mempunyai purity sebesar 99 persen. Namun, terdapat kandungan karbon monoksida dengan kadar tinggi yang berbahaya jika dihirup manusia. Dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen, Indonesia Power Priok pun berinovasi agar oksigen dapat dimanfaatkan dan membantu tenaga medis dalam merawat pasien yang membutuhkan.
Baca Juga:
Percepat NZE 2060, PLN Indonesia Power Perkuat Ekosistem Hidrogen dari Hulu ke Hilir
“Untuk itu dibuat sebuah fasiltas pemanfaatan oksigen yang berfungsi untuk memfiltrasi gas dan pengotor lain agar oksigen yang selama ini terbuang dapat dimanfaatkan serta aman untuk konsumsi manusia,” jelasnya.
Produk oksigen Indonesia Power Priok ini telah diuji di Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta. Dari hasil pengukuran, menunjukkan produk oksigen memiliki purity sebesar 99,9 persen dan kandungan impurity lain telah memenuhi standar gas medis. Kemampuan produksi oksigen Priok POMU adalah 10 meter kubik per hari.
Tak hanya di PLTGU Priok, PLN juga memproduksi oksigen di 19 pembangkit lainnya yang dikelola oleh Indonesia Power dan Pembangkitan Jawa Bali. Dengan total potensi produksi optimum oksigen bisa mencapai 2 juta ton per hari.
Baca Juga:
Percepat NZE 2060, PLN Indonesia Power Perkuat Ekosistem Hidrogen dari Hulu ke Hilir
Ahsin mengatakan, untuk bisa memproduksi oksigen ini PLN tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Pasalnya, Hydrogen Generator Plant sudah menjadi satu komponen infrastruktur dalam PLTGU.
“Kemarin itu kita investasi cuman sekitar 250-300 juta rupiah saja hanya untuk membeli kompresor, katalis dan tabung penyulingannya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ahsin menegaskan bahwa inovasi Indonesia Power menghasilkan oksigen medis dari PLTGU Priok ini merupakan bentuk apresiasi terhadap tenaga medis yang telah berjuang menangani pasien Covid-19.