“Sistem kelistrikan Barito yang ada di Kalselteng saat ini sudah terinterkoneksi dengan sistem kelistrikan Mahakam di Kaltim sehingga makin andal dengan cadangan daya sebesar 664 MW, sehingga kami sangat siap untuk mendukung perkembangan dunia usaha termasuk industri,” ungkap Bob Saril.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, penyediaan energi listrik sebesar 75 MVA untuk kebutuhan SILO yang bergerak di bidang industri biji besi ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu dari 30 MVA pada April 2022, meningkat menjadi 45 MVA pada Juni 2022 dan terakhir bertambah menjadi 75 MVA pada Februari 2023 mendatang.
Baca Juga:
PT PLN Berkomitmen Wujudkan Pemerataan Akses Energi Listrik di Seluruh Indonesia
Sementara penyediaan tenaga listrik guna pengembangan kawasan Kawasan Industri SIIP yang dikelola oleh SILO GROUP juga merupakan langkah awal untuk mendukung peningkatan produksi pengolahan mineral dalam negeri di masa yang akan datang.
Jadwal awal penyediaan tenaga listrik pada Juli 2025 sebesar 50 MVA dan puncaknya pada Desember 2027 ketersediaan energi listrik untuk Kawasan Industri itu menjadi 21 MVA.
Sementara itu, Direktur Utama SILO, Effendy Tios, menyampaikan apresiasi yang luar biasa terhadap Langkah berani PLN untuk mendukung penuh pengembangan industri dalam negeri melalui hilirisasi mineral. Pasokan listrik ke smelter SILO sangat mendukung terealisasinya industri smelter dan leaching di Pulau Sebuku.
Baca Juga:
Sambut HUT RI Ke-80, ALPERKLINAS Apresiasi PLN Beri Diskon Listrik 50 Persen Periode 10–23 Agustus 2025
Menurut Effendy, banyak keuntungan yang didapatkan oleh perusahaannya ketika sudah dapat menggunakan suplai listrik dari PLN. Di antaranya dalam jangka panjang, akan menekan biaya operasional yang signifikan.
Sebelum mendapat pasokan listrik PLN, SILO menggunakan genset untuk melistriki fasilitas produksi baja, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan genset jauh lebih mahal ketimbang membeli listrik dari PLN.
“Kita pakai genset 15 MW pakai bahan bakarnya solar biayanya kan 1 banding 3, kalau harga listrik dari PLN sekitar Rp 1.200 kita Rp 3.600, apalagi solar harganya sekarang lebih tinggi bisa Rp 4 ribu. Kalau kita pakai solar bukan cari untung tapi cari rugi,” paparnya. [Tio]