“Kalau di Eropa, mereka benar-benar menyerahkan ini kepada swasta, kepada orang-orang yang peduli lingkungan, sehingga (pasar) terbentuk sendiri dengan begitu cepat,” terang Toto, dilansir dari webinar yang disiarkan Youtube ILUNI UI, Minggu (21/11/2021).
Dia menambahkan, kalau di China itu benar-benar secara sentralistik. Jadi dari Pemerintah China membuat suatu roadmap yang cukup signifikan, melibatkan BUMN di tahap awal, dan kemudian membuat kebijakan-kebijakan bahkan proteksi untuk bisa mendapatkan EV adoption yang cukup signifikan.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Menurut Toto, cara yang dilakukan China dan Eropa begitu berbeda. Akan tetapi, hal itu bisa dicari jalan tengahnya yang cocok untuk pasar Indonesia.
“Hal itu tidak gampang, seperti Pemerintah China sudah melakukan hal ini hampir 15 tahun. Inilah mungkin hal-hal yang harus kita formulasikan untuk Indonesia. Selain personal experience, tetapi secara masif itu seperti apa,” bebernya.
Selain itu, dalam peralihan ke mobil listrik, perlu adanya cara berpikir dari konsumen. Pasalnya, peralihan dari ICE ke EV merupakan sesuatu yang penting dan berdampak positif bagi kehidupan kesinambungan produk otomotif ke depannya.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
“Mindset konsumen bisa terbentuk dengan merasakan langsung, dan menggunakan langsung, akan terbentuk mindset, EV itu memberikan kemudahan-kemudahan keekonomian dan manfaat besar lainnya,” imbuh Toto. [Tio]