Kopeklin.WahanaNews.co | Ketika menjalani tugas yang berat atau ujian yang sulit, tanpa sadar kita sering menghela napas.
Ternyata, menurut psikologi banyak buruknya daripada hanya melegakan atau mengeluhkan beratnya tantangan yang harus dilalui.
Baca Juga:
Belasan Nakes Pilih Tetap Bekerja Meski Tanpa Digaji Usai Dipecat Bupati Taput, Ini Alasannya
Menurut ulasan Elke Vlemincxis, asisten profesor dalam ilmu kesehatan di Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda, emosi yang menyertai embusan napas panjang tersebut bersifat negatif, seperti perasaan takut, cemas atau tertekan.
Tetapi bisa juga berupa emosi positif yang membangkitkan, seperti kegembiraan atau keinginan.
Kadang, kita juga mengeluh ketika merasa emosional bukan?
Baca Juga:
Hadir di Indonesia, BrainEye Bakal Jadi Solusi Kesehatan Otak Berbasis Teknologi AI
Melansir Psyche, Jumat, 22 Juli, sebagian dari kita menganggap dengan menghela napas, maka menekan tombol ‘reset’ untuk tubuh.
Tetapi secara ilmiah, menghela napas atau desahan didefinisikan sebagai napas dalam atau menghirup napas dalam-dalam.
Penelitian pada awal 1960, meneliti hewan pengerat dan kemudian pada manusia.
