Yang mana masing-masing peserta dibagi ke dalam 20 kelompok dengan masing-masing anggota dua hingga 5 mahasiswa. Masing-masing sesi berlangsung rata-rata 48 menit.
Beberapa mahasiswa mengakui bahwa mereka melakukan ghosting karena tidak memiliki keterampilan komunikasi yang diperlukan untuk melakukan percakapan yang terbuka dan jujur.
Baca Juga:
Pj Bupati Tapteng Berharap Aparat Desa/Kelurahan Terima Cintanya
Lainnya mengatakan kurang percaya diri untuk terlibat dalam komunikasi langsung atau memiliki masalah kecemasan sosial.
Beberapa peserta memilih melakukan ghosting karena belum siap menjalani hubungan percintaan yang lebih serius.
Hampir setengah partisipan melakukan ghosting karena merasa kurang aman. 45 persen melakukan ghosting untuk menghilangkan diri dari hubungan toksik.
Baca Juga:
Aktivitas yang Sebaiknya Dilakukan Usai Putus Cinta
Ironisnya, beberapa melaporkan bahwa mereka terlibat dalam ghosting sebagai cara yang lebih baik untuk mengakhiri hubungan dibandingkan dengan memutuskan hubungan secara langsung.
Dalam pengertian ini, ghosting dipandang sebagai cara untuk menghindari menyakiti perasaan pasangan.
Melihat semakin banyaknya fenomena ghosting, penelitian lain pun dilakukan untuk menunjukkan efek buruk yang ditimbulkan ghosting pada kesehatan mental.