Reduksi dan pemurnian dari kuarsa murni ke metalurgical grade investasinya US$455 juta.
“Dan untuk menjadi produk elektronika dan chemical, solar cell dibutuhkan investasi US$250 juta,” kata dia.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Sementara itu, PT PLN (Persero) memproyeksikan pengembangan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) akan mengalami peningkatan besar-besaran mulai 2028 dikarenakan kemajuan teknologi baterai yang semakin murah.
Setelah itu, kenaikan secara eksponensial akan mulai terjadi pada 2040.
Menurut Munief Budiman, pada 2045 porsi EBT sudah mendominasi total pembangkit.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
“Dekade berikutnya seluruh pembangkit listirk di Indonesia berasal dari EBT,” ujar Munief.
Munief mengatakan PLN berkomitmen mendukung pemerintah untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025 yang ditunjukkan pada pilar transformasi green PLN.
Transformasi PLN untuk pilar green dengan berupaya memimpin transisi energi Indonesia melalui peningkatan EBT secara pesat dan efisien.